Pendidikan merupakan sektor yang sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Pada dunia pendidikan, hendaknya memperhatikan mutu pendidikan dan unsur pendidikan, yang diantaranya: peserta didik, pendidik, software,manajemen, sarana dan prasarana. Aset yang diperlukan dalam pendidikan adalah sumber daya manusia yang bekualitas. Sumber daya yang berkualitas dapat berupa dari siswa, masyarakat,maupun dari pendidik.
Gambaran mutu pendidikan di Indonesia di antaranya tercermin dari capaian hasil belajar peserta didik dalam studi komparatif internasional yang diikuti selama ini, seperti Programme for International Student Assessment (PISA). Hasil yang dicapai peserta didik Indonesia pada studi tersebut berada di bawah rata-rata Internasional (skor 500) untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Pada tahun 2000 capaian kemampuan Matematika peserta didik Indonesia usia 15 tahun berada pada peringkat 39 dari 41 negara peserta. Capaian kemampuan Matematika peserta didik tetap rendah pada PISA yang diselenggarakan tahun 2003 yaitu berada di peringkat 38 dari 40 negara, serta peringkat 50 dari 57 negara peserta pada tahun 2006 (Puspendik, 2012). Selanjutnya, pada PISA 2012 capaian kemampuan Matematika peserta didik Indonesia semakin terpuruk menjadi peringkat 64 dari 65 negara. Sebagai pembanding, prestasi akademik peserta didik Vietnam ternyata jauh lebih baik daripada Indonesia pada PISA 2012.
Rata-rata skor capaian Matematika peserta didik Indonesia adalah 375 poin, sementara Vietnam mencapai 511 poin atau peringkat ke 17 dari 65 negara. Hasil yang menggembirakan terjadi pada tahun 2015 yang mana skor untuk kemampuan membaca menjadi 397, Matematika 386 dan Science menjadi 403. Kondisi ini menggambarkan bahwa kemampuan SDM Indonesia masih dapat terus ditingkatkan untuk memenangi persaingan Internasional.
Kemendikbud melakukan lompatan dengan mengembangkan kurikulum pradikma baru yang dikenal dengan kurikulum merdeka. Kurikulum ini diharapkan menciptakan pelajar sepanjang hayat yang kompoten,berkarakter,dan berprilaku sesuai nilai nilai pancasila,kompetensi untuk menjadi warga negara yang demokratis menjadi manusia unggul dan produktif,diharapkan berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkelanjutan,serta tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan,
Untuk mencapai tujuan tersebut maka pengembangan kurikulum berpusat pada peserta didik.Artinya potensi dan kondisi peserta didik harus menjadi pertimbangan utama dalam proses pembelajaran, potensi dan kondisi itu antara lain intelgensi,bakat,minat,dan gaya belajar.
Gaya belajar dewasa ini telah menjadi pintu masuk bagi percepatan belajar dan pengembangan potensi peserta didik, oleh karena itu strategi pembelajaran akan lebih efektif dengan mendaya gunakan gaya belajar peserta didik.
Bagaimanakah penggunaan gaya belajar peserta didik untuk mengoptimalkan penguasaan materi pembelajaran peserta didik?
Gaya Belajar Peserta Didik
Gaya belajar adalah cara termudah yang dimiliki oleh individu dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang diterima . Secara umum dikenal tiga modalitas (tipe) dalam gaya belajar, yaitu: Visual, Auditori dan Kinestetik. Visual: belajar dengan cara melihat. Auditori: belajar dengan cara mendengar. Kinestetik: belajar dengan gerak, bekerja dan menyentuh. Dalam kenyataannya, setiap orang memiliki ketiga gaya belajar tersebut, hanya saja satu gaya biasanya lebih mendominasi. Gaya belajar ini didasarkan atas accelerated learning system, dan merujuk pada kecerdasan ganda (multiple intelligence). Setiap orang memiliki kecenderungan gaya belajar yang berbeda. Gaya belajar tersebut dikelompokkan dari berbagai cara belajar karena setiap orang memiliki kombinasi gaya belajar. Beberapa orang bisa jadi memiliki gaya belajar tertentu yang lebih dominan. Namun beberapa lainnya mungkin menggunakan gaya belajar berbeda pada keadaan berbeda. Ini berarti tidak ada kombinasi yang selalu tepat ataupun gaya mutlak. Orang bahkan dapat mengembangkan gaya belajar yang tidak dominan maupun gaya belajar yang sudah biasa digunakannya.
Dengan mengenal dan memahami gaya belajar, seseorang dapat menggunakan teknik yang sesuai dengan dirinya. Hal ini dapat meningkatkan kualitas dan kecepatan belajar seseorang.
Jenis Gaya Belajar
Secara singkat, gaya belajar yang diungkap melalui inventori ini adalah sebagai berikut:
Visual, cenderung menggunakan komponen gambar, foto dan ruang. Aural (auditif), cenderung menggunakan suara dan musik.Physical (kinestetik), cenderung menggunakan badan, tangan dan indera peraba.
Mengakomodir Gaya Belajar Siswa
Peserta didik yang dominan gaya belajar visual cenderung menyukai pembelajaran dengan menggunakan gambar, foto dan ruang, Guru disarankan membantu pembelajar visual dengan menampilkan media dan/atau menugaskan mereka membuat gambar, foto dan bentuk-bentuk ruang dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: membuat geometris; rekaman visual; komik; coretan-coretan; diagram; melukis, mematung.
Peserta didik yang dominan gaya belajar verbal cenderung menyukai pembelajaran dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk lisan maupun tulisan.Guru disarankan membantu pembelajar verbal dengan mengucapkan atau menuliskan kata-kata dan/atau menugaskan mereka mengutarakan pendapat, tugas-tugas dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: peribahasa; bahasa asing; bercerita di depan kelas; menggunakan istilah-istilah; teka-teki; debat; uraian dengan kata-kata.
Peserta didik yang dominan gaya belajar aural cenderung menyukai pembelajaran dengan menggunakan suara dan musik. Guru disarankan membantu pembelajar aural dengan menampilkan suara yang bervariasi serta latar musik dan/atau memberikan tugas- tugas serta membebaskan mereka menggunakan suara dan musik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: musik latar; mengingat menggunakan ritme tertentu; bernyanyi; kode dengan suara.
Peserta didik yang dominan gaya belajar physical cenderung menyukai pembelajaran dengan menggunakan badan, tangan dan indera peraba.
Guru disarankan membantu pembelajar physical dengan memberikan kesempatan dan tugas-tugas yang memungkinkan mereka menggunakan badan, tangan dan indera peraba dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: bergerak dan berolahraga; komunikasi dengan gerak atau bahasa tubuh tertentu; menggunakan model dan; kerajinan tangan; pola dan tekstur; menari dan berjoget; outdoor; berkebun.
KOMENTAR