Muhammad Kosim
Dosen FTK UIN Imam Bonjol Padang
Sabtu lalu (1/2), saya berkesempatan memberikan orasi ilmiah pada kegiatan Wisuda Tahfizh Al Quran di SMAN 2 Sumbar, Kab. Solok. Wisuda kali ini merupakan generasi keempat. Syahdu dan bergetar jiwa ini saat mendengar 10 peserta terbaik men-tasmi’-kan hafalannya. Secara kasat mata, wajah para remaja itu teduh, tenang, dan jauh dari kesan kasar dan pembangkang.
Tampil pula sekelompok siswa mendemonstrasikan metode tamyiz dalam menerjemahkan ayat-ayat Al Quran. Kata-kata yang ada dalam Al Quran diartikan dan didendangkan kedudukan kata tersebut dalam kaidah bahasa Arab. Metode tamyiz dipelajari dari Kediri yang memadukan antara teori Nahwu dan Sharaf. Hal ini menegaskan bahwa SMAN 2 Sumbar tidak sekedar membina siswanya menghafal ayat saja, tetapi dididik untuk memahami setiap ayat yang dibaca dengan cara yang menyenangkan. Patut diapresiasi.
Wisuda Tahfizh Al Quran memang sudah cukup lama dikenal oleh beberapa sekolah di Sumatera Barat, meski dalam jumlah sangat terbatas. Terutama saat Perda Sumbar Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pendidikan Al Quran disahkan dan diterapkan, meski akhir-akhir ini Perda itu tak terdengar lagi. Kini, banyak sekolah yang menggelar kegiatan serupa. Terutama sekolah boarding, seperti SMAN 2 Sumbar yang mengedepankan konsep “Trilogi Sekolah, Masjid, dan Asrama” dalam mendidik karakter siswanya.
Wisuda Tahfizh, tentu bukan sekedar kegiatan serimonial. Ada pesan penting untuk siswa, orang tua, hingga masyarakat luas dan pemerintah. Bagi siswa, kegiatan ini menjadi motivasi sekaligus apresiasi bagi mereka yang telah berusaha menghafal Al Quran. Dengan menghafal, diharapkan hatinya semakin lembut, akalnya cerdas, dan kecintaannya pada ajaran Islam tak tergoyahkan sehingga ia menjadi pribadi berkarakter.
Bagi orang tua, diteguhkan hatinya dan ditenangkan jiwanya yang telah berjuang membiayai anaknya sekolah, ternyata mencintai Al Quran. Orang tua muslim mana yang tidak terharu bahagia menyaksikan anaknya fasih melantunkan ayat Al Quran yang dihafalnya? Apalagi ketika orang tua memahami hadis Nabi SAW yang menjanjikan kelak orang tua memperoleh mahkota di akhirat karena anaknya mempelajari, menghafal dan mengamalkan Al Quran.
Masyarakat luas juga harus aktif memberi dukungan. Beri panggung para remaja penghafal Al Quran di tengah-tengah masyarakat. Tidak saja di masjid, kegiatan-kegiatan positif yang melibatkan remaja harus mengedepankan mereka. Apresiasi penting untuk menguatkan hatinya agar istiqamah menjadi generasi Qurani.
Sementara bagi pemerintah, sejatinya kegiatan Wisuda Tahfizh menjadi perhatian sekaligus kebijakan unggulan, terutama di Sumatera Barat yang dikenal dengan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Pendidikan Al Quran mesti menjadi pendidikan unggulan Sumatera Barat dengan melakukan pembinaan secara kontiniu bagi peserta didik muslim, baik membaca, menghafal, dan kajian Al Quran untuk dipahami dan diamalkan.
Al Quran menjadi solusi terhadap pelbagai persoalan umat. Bukan sekedar wacana, tetapi diupayakan secara riil di lembaga pendidikan. Ini hak setiap peserta didik yang beragama Islam. Mereka berhak dididik dan difasilitasi untuk memahami agamanya agar mereka menjadi insan yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia, seperti yang menjadi tujuan pendidikan nasional.
Sudah saatnya umat Islam di Indonesia menjadikan Al Quran sebagai model pendidikan karakter, termasuk di sekolah. Selama ini, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan banyak “diimpor” dari Barat yang dalam banyak hal tidak sesuai dengan kultur dan jati diri bangsa Indonesia. Negara ini berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka masyarakatnya harus dididik untuk taat pada agama, sesuai ajaran agamanya masing-masing. Umat Islam mesti menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidupnya. Sebab secara dogmatis diyakini bahwa kebahagiaan hidup pasti diperoleh jika berpegang teguh pada Al Quran dan Sunnah.
Tentu, menghafal Al Quran menjadi salah satu upaya untuk menjadi Al Quran sebagai pedoman hidup. Banyak keutamaan diperoleh dengan menghafal Al Quran. Banyak penelitian yang menegaskan bahwa hafalan Al Quran berpengaruh pada kesehatan mental, kecerdasan, hingga karakter mulia. Dari sisi agama, Allah akan memuliakannya. Nabi SAW bersabda: “Orang yang membaca dan menghafal al-Quran, dia bersama para malaikat yang mulia…” (HR Al-Bukhari)
Meski ada sebagian orang yang mempertanyakan, bahkan kesan “cemeeh” terhadap upaya menghafal Al Quran. Padahal menghafal merupakan satu jenjang untuk menaiki jenjang berikutnya sehingga ia sampai pada level generasi rabbany, seperti tema Wisuda Tahfizh SMAN 2 Sumbar di tahun ini.
Dalam surat Ali Imran ayat 79 ditegaskan bahwa generasi Rabbany memiliki dua kriteria, yaitu terus-menerus mengajarkan Al Quran (tu’allimunal kitab) dan terus-menerus belajar (tadrusun).
Generasi Rabbany adalah semua aktivitas, gerak dan langkah, niat dan ucapan kesemuanya sejalan dengan nilai-nilai yang dipesankan oleh Allah Swt Yang Maha Pemelihara dan Pendidik itu. Begitu penjelasan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah.
Maka aktivitas Tahfizhh Al Quran di sekolah harus ditingkatkan ke level pemahaman, pengamalan dan upaya mengajarkannya kepada orang lain. Wisuda Tahfizh bukan tujuan akhir, melainkan satu level menuju level yang lebih tinggi untuk menjadi manusia paripurna (al-insan al-kamil).
Kegiatan Wisuda Tahfizh patut diapresiasi dan dikembangkan oleh sekolah lain untuk memenuhi harapan di atas. Tentu dengan kreativitas masing-masing. Saatnya pendidikan Sumatera Barat maju melejit sesuai jati dirinya yang religius dan berbudaya. Wallahu a’lam
Padangekspres, 5/2/2020
KOMENTAR