Sasa melirik wajah Leo yang menegang saat Wita geng melewatinya. Sesaat sandwich di mulutnya terhenti melihat ekspresi sobatnya itu. Setelah melewatinya, Leo langsung menunduk, dan menarik napas panjang. Cuma feeling Sasa bilang kalau Leo tertarik pada Wita. Kayak magnet gitu. Ya iyalah, wong Wita memang terkenal cewek yang cantik, lembut dan imut-imut.

“ Ternyata ada yang lagi naksir nih” Ucap Sasa sambil menyenggol bahu Leo sambil melanjutkan acara makannya yang tertunda. Leo terperanjat, wajahnya memerah begitu pula dengan daun telinganya. Ia tak menjawab hanya tersenyum kecut.

Lo Naksir Wita ya?” Sasa langsung nebak isi hati sahabat culunnya itu. Leo lagi-lagi diam, membuat Sasa geregetan. Langsung aja Sasa menendang ujung sepatu Leo.

“Apaan sih lo ” Leo kesal.

“ Makanya jawab dong” desak Sasa sambil mendelikkan matanya.

“Ayo!” Sasa sabar mencoba untuk mendengar isi hati Leo yang paling dalam.

“ hmm.. iya sih, tapi rasanya nggak mungkin deh seperti pungguk yang bulan” jawab Leo sambil melnggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sasa terdiam, ternyata dugaannya benar. Sahabatnya suka sama Wita. Kasihan sekali, lembek amat, masak merasa gagal sebelum berjuang. Padahal kalau Leo mau, dia bisa mengalahkan Roman yang selalu ingin mendekati Wita.

“Cemen lo , kalau lo memang suka sama dia, lo harus memperjuangkan cinta lo , jangan kayak gini sebelum perang, payah deh lo ” Leo hanya bisa diam dan pasrah mendengar omelan Sasa. Menunduk sambil mengaduk capucino latte miliknya dengan malas.

Betul-betul parah nih anak, perlu ditraining agar tidak jadi pesakitan bisik Wita dalam hati.

“ Pede dikit dong bro, lo tu ganteng kok kalau di permak. Wajah lo aja mulus tanpa jerawat, putih alias kinclong, mana gigi lo rapi lagi. Gue mau nolong lo . Tapi itupun kalau lo mau berjuang. Tapi kalau gue aja yang berusaha, lo tidak semangat, hati Wita nggak kan berhasil lo dapat” jelas Sasa panjang lebar.

“Bener lo mau bantu gue ?” tanya Leo bersemangat.

“Ya iyalah, lo kan sobat terbaik gue, tapi dengan satu syarat?” Sasa sengaja menggantungnya, biar Leo penasaran. Senang rasanya lihat wajah cengo si Leo.

“Ya elah.. tak ikhlas amat lo ” protes Leo sambil memonyongkan bibirnya.

“Memang di dunia ini ada yang gratis” jawab Sasa malas.

“Syaratnya tidak susah amat kan?” tanya Leo penasaran.

“Tidak lah, lo hanya harus patuh dan mengikuti semua instruksi dari gue, tidak boleh membantah. Trus lo harus bantu gue untuk membuat semua tugas dan PR gue, gimana setuju ?” mendengar itu kontan membuat mata Leo melotot. Sadis amat si Sasa. Ini mah bukan menolong tapi menggarong.

“Semua tugas dan PR lo, ah yang benar aja lo Sa, dzalim amat sama sohib”

“Kalau nggak mau ya udah, gue juga nggak maksa” jawab Sasa santai sambil minum jus mangganya. Seger banget. Iya yakin, Leo pasti setuju.

“Ya deh, gue setuju , apapun yang penting Wita bisa jadi milik gue ” jawab Leo semangat. Mendengar jawaban leo, Sasa langsung tersenyum lebar dan menonjok bahu sahabatnya.

“Gitu dong, baru keren”.

Mereka pun melanjutkan makan dan minum mereka. Di kepala Sasa sudah tersusun rencana jitu yang bisa membuat Wita klepek-klepek dan tak bisa menolak pesona Leo sahabatnya. Tunggu aja tanggal mainnya, bisik Sasa dalam hati.