Malam perdebatan
Kita masih saja berdebat tentang rupiah
Sementara semesta terus memberi tanda
Tentang dia yang kuasa atas segala cipta
Tentang dia yang meraja atas segala rupa
Tentang dia yang duduk di singasana segala rasa
Kita masih saja berdebat tentang ini dan itu
Padahal ia telah tetapkan segala nya sebelum mencipta
Ia telah gariskan sedemikian rupa sebelum ada
Kenapa tidak kita nikmati saja?
Malam masih seperempat,
Aku tak tahu, besok pagi akan menyerumput kopi atau tidak?
Malam perdebatan II
Kembali ku kabarkan pada mu tentang malam yang terlambat menjemput subuh.
Senandung malam ini masih sama. Tak jauh beda. Masih seputar rupiah yang terus melemah.
Masih seputar rasa yang tak sempat mengena
Tentang aksara yang tak tepat guna
Tentang diksi yang salah arti
Ah.. aku mulai malu berkabar pada mu
Ku harap kau tak bosan. Kabar ku memang selalu itu ke itu saja karena memang itu kabar yang bisa ku kabarkan.
Nanti jika kau bosan, katakan saja. Tak mengapa, aku sudah terbiasa
Peluk aku, Kekasih
Tak ada yang berbeda. Sama saja, Kekasih
Dzikir dan doa dalam subuh ku sama,
Berkurang masa menuju senja cukup dirasa saja.
Kekasih, aku belum mampu menemui mu sesuai janji.
Kekasih, maafkan aku lebih seperempat abad kau terabaikan.
Lima masa dan perkara tak kuasa ku penuhi
Aku kosong. Aku merugi. Aku tak pantas jadi KekasihMu
Sedangkan kau selalu membelaiku dengan mesra
Memeluk ku begitu hangat dari dingin dunia
Kekasih, peluk aku. Dekap aku.
ku penuhi segala janji yang telah terpatri
Sedari kini.
Ku jemput segala lupa selama usia
Akan ku belai dengan segala rasa dalam Dzikir dan doa
Peluk aku, Kekasih
Persembahan Cinta
Pejamkanlah matamu
Tidurlah engkau dipelukku
Rasakan hangatnya rasa kasihku untukmu
Yang kuberikan dari hati
Bermimpilah yang indah
Bawa aku dalam mimpimu
Agar engkau mengerti, ku kan selalu melindungimu
Hingga esok kan menanti
Kupersembahkan cintaku hanya untukmu
Kuberikan semua yang aku punya
Percayalah kasih, mimpimu ada di sini
Hingga esok kan berganti
Anakku
Ingatkah kau saat 9 bulan 9 hari dalam rahimku
Saat kita dalam satu hembusan nafas
Berbagi kehidupan dalam secuil ruang
Rahimku satu-satunya tempat ternyamanmu
Saat sedihku membuatmu resah
Saat bahagiaku membuatmu tenang
Mulasnya kontraksi mulai menyentuh tubuhku
Dalam penggalan napasku terus berjuang
Segala doa kulantunkan
Saat nyawa kupertaruhkan untukmu
Begitupun ayahmu mendamba hadirmu
Sampai ragamu hadir ke duniaku
Tangisan pertamamu begitu merdu
menyapa kami dalam haru
Segala kesakitan hilang tak menentu
Detik itupun aku menjadi seorang ibu
Kan kusediakan segala butuhmu
Kau penyejuk dalam dahagaku
KOMENTAR