Sabtu, 23 Maret 2024, 13:30WIB

Red : Hafizatul Husni

Lahir di Muaro Labuah pada tanggal 13 Februari tahun 1971 dan menjadi bagian dari keluarga guru, dari kakek hingga ayah. Beliaulah Bapak Yasri.  Yang biasa disapa Pak Yas, yang jikalau di Kubung disapa Pak Iyeh, yang jikalau sama besar disapa Pak Osu dan jikalau di gala kaciak beliaulah Sutan Bandaro dari suku Caniago.  Tumbuh dengan nilai nilai adat dan agama yang seimbang. Dari kecil, ayah beliau menjadi figur yang banyak ambil peran dalam kehidupan beliau. Ayah adalah sosok yang amat beliau kagumi. Beliau yang sering diajak ayah bepergian untuk ceramah adat, tak pernah beliau tak terpesona kala menatap ayah yang begitu indah menyampaikan petatah petitih adat dan sangat ahli menyisipkan nilai-nilai hidup serta nilai-nilai agama kedalamnya. Luar biasa ketika ayah secara halus menggiring adat dan agama bersama keselarasan. Ayah beliau adalah seorang ulama dan sebagai guru agama di madrasah serta dikenal juga sebagai tokoh dan pemuka adat. H. Ibnu Mas’ud, ayah beliau dikenal. Di beberapa kesempatan, seringkali Pak Yasri bersama ayah beliau saling bercerita. Sebab, dua hal yang bersama keduanya sukai yakni bercerita dan membaca. Rasa kagum  itu menumbuhkan tekad yang kuat  untuk dan agar suatu saat bisa seperti ayah. Dan sejak kecil, beliau juga ingin menjadi seorang guru.

Waktu kecil, beliau sudah biasa mendengarkan petatah petitih, pidato-pidato, dan hingga lagu serta musik minangkabau melalui radio. Kegemaran yang beragam  membawa langkah beliau untuk mempelajari hingga pandai dalam banyak hal. Begitu banyak hobi beliau, tak seperti orang kebanyakan. Mulai dari berceramah seperti ayah beliau, berpidato, bermusik, bernyanyi, manulis, berceramah dan lainnya.

Hingga kini, Yasri S,Pd. MM.menjadi  gelar yang telah beliau capai. Gelar itu beliau dapatkan setelah pernah menjadi mahasiswa undangan IKIP Padang yang saat ini dikenal dengan Universitas Negri Padang, dan tamat S1 Sejarah sekitar tahun 1994-1995. Kemudian mengambil peluang menjadi mahasiswa S2 jurusan manajemen di AKBP Padang, dan tamat di tahun 2012. Kemudian, oleh kepala sekolah beliau dipilih menjadi guru sejarah. 12 tahun berkaprah sebagai guru di Sungai Lasi dan kemudian keluarlah SK tahun 2013 di SMA 2 SUMBAR.

Dengan potensi yang beliau miliki, dipercayalah beliau sebagai pencipta hymne dan mars sekolah SMA 2 sumbar. Pak Irsyad yang menjabat sebagai kepsek kala itulah yang meminta langsung kepada Pak Yas. Penciptaan hymne dan mars sekolah ini menjadi tantangan tersendiri bagi beliau. Dikorbankan waktu, dikuraskan pikiran, digali imajinasi mendalam mengenai sekolah SMA 2 SUMBAR. Diskusi dengan guru-guru, menyelami karakter siswa dan sekolah serta berusaha menumbuhkan ide ide selama kurang lebhi 2-3 bulan. Hingga pada tahun 2016, terbitlah rekaman pertama mars dan hymne sekolah SMA 2 SUMBAR dengan Uni Citra bersama teman-teman dari generasi pertama sebagai penyanyi di Singkarak. Hingga kini, mars dan hymne tersebut terus menggema di aula SMA 2 SUMBAR, dilantunkan di acara-acara akbar, dihafal dan dilafalkan oleh beribu orang, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sekolah SMA 2 SUMBAR. Selain SMA 2 SUMBAR, beliau juga dimintai membuat hymne dan mars untuk SMA Kubung dan SMA Guntal 2-3 tahun selanjutnya. Semua dilakukan dengan tanpa royalty, namun hanya berlandas keikhlasan hati.

Bukan tanpa alasan mengapa Pak Yas dipercayakan memegang amanah sebagai pencipta lagu hymne dan mars. Pak Yas adalah seorang yang menyukai penulisan lagu dan telah terdapat 12 ciptaan lagu minang dalam bentuk koleksi pribadi dan ada beberapa yang diekspost. Tak hanya mencipta lagu, Pak Yas juga lihai bermain alat musik seperti piano, bas, keyboard, drum, biola dan masih banyak lagi. Itu baru di bidang musik. Di lain momen, terinspirasi dari kaset grup balirong sari /balirong grup tahun 80han Datuak Parpatiah yang membahas sumbang 12, membuat Pak Yas bercurahan ide-ide dan gagasan untuk mulai membetuk pertunjukan drama sumbang 12. Yang sejak dahulu sudah ada tapi mulai terlupakan. Jan lupo kacang jo kuliknyo, jan lupo randang jo rasonyo. Sumbang 12 adalah 12 kiat kiat pantangan bagi perempuan di minangkabau, yang tak lagi dikenali remaja-remaja minangkabau. Pertama kali ditampilkan di acara Bundo Kanduang se-provinsi di Gedung Pelangi. Dibawalah pesan pesan dan amanat serta harapan di dalam pertunjukan tersebut. Mengenalkan kembali, membuatnya jadi lebih menarik dan melecut rasa ingin tahu anak muda. Pertunjukan itu mendapatkan apresiasi luar biasa, meninggalkan kesan kagum, dan disebar luaskan melalui media sosial, grup-grup Whatsapp, serta menjadi pembicaraan khalayak. Melalui pertunjukan itulah Pak Yas mulai dikenal dan banyak di undang untuk mempresentasikan tentang sumbang 12 di sekolah-sekolah.

Tak berhenti disana, Pak Yas juga menggeluti bidang sastra. Beliau menghasilkan tulisan-tulisan yang dibaca bahkan dipelajari banyak orang. Tulisan-tulisan beliau tentang keminangkabauan sering dimintai oleh Pak Redmil, mulok keminangkabauan bidang provinsi untuk dibukukan bersama dengan tulisan tulisan penulis lainnya. Beliau juga terlibat menulis buku BAM pola hubungan hingga diminta menjadi ketua tim pembuatan buku oleh MGMP. Dilalui pula perjalanan penelusuran untuk referensi bahan tulisan. Pak Yas turun langsung ke kerajaan-kerajaan minang untuk meneliti, mewawancarai Puti Pagaruyuang dan tokoh-tokoh adat. Selama itu pula Pak Yas mendalami budaya minang. Tulisan beliau yang terkenal berjudul ‘Mengais sejarah dan kearifan lokal Minangkabau memasuki era globalisasi’ yang membawa beliau menjadi narasumber pada seminar nasional budaya 2018 di UNP yang banyak menggali nilai nilai budaya dan bisa disusun menjadi bahan kajian dan menjadi poduk berupa kurikulum, serta kajian falsafah nilai nilai serta sikap. Seminar itu dihadiri guru guru sejarah dan budaya budayawan minang sesumatera barat.

Saat ini bapak Yas adalah seorang guru. Pak Yas adalah seorang guru yang memimpikan pengadaan mata pelajaran  khusus tentang minangkabau. Walau dahulu ada namanya BAM atau mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau, namun mapel tersebut bukan regulasi provinsi. Belumlah sah mapel tersebut secara keseluruhan daerah, namun hanya dijalankan beberapa Pemda saja seperti Kabupaten Solok. Tantangan yang berat adalah mendapat regulasi dari pemerintah/peraturan perundangannya. Puncak dan akhir penantian, keluarlah Pergub nomor 36 tentang kurikulum mulok keminangkabauan di sekolah. Yang berarti mulok telah mendapat regulasi dari pemerintah provinsi. Bapak Yas adalah salah satu yang terlibat dalam diskusi, penyusunan draft, dan memperjuangkan regulasi itu sendiri. Regulasi memang telah didapat, namun tidaklah mudah dalam pengoperasiannya. Bahwa hanya satu sekolah yang baru merintisnya, yaitu SMA 2 SUMBAR. Itu baru di SMA, sementara di SMP dan SD masih belum hingga kini. Pak Yas ingin agar mulok keminangkabauan di SMP dan SD juga di jadikan mapel. Dan pertanyaan yang dapat muncul ialah bagaimana mulok itu akan merata disemua sekolah. Dan harapan harapan yang lebih tingginya Bagaimana kiat sekolah itu juga mau dengan pergrup itu terutama dinas pendidikan dan diakui dalam dapodik kementrian, serta dapat persetujuan dari pemerintah pusat.

Dengan adanya kurikulum mulok keminangkabauan, terutama dalam pengimplementasian, Pak Yas berperan  sebagai narasumber.  Dalam RPP harus ada pengkaitan budaya minang di setiap KD. Contohnya dengan pemasukan petatah petitih dalam pembelajaran yang selaras. Atau ada juga dalam bentuk ektrakulikuler seperti randai, pidato adat, talempong. Dalam P5-pun  terdapat kearifan lokal yang mengangkat prosesi adat, yang dahulunya siswa hanya tahu melalui tontonan ataupun buku-buku, sekarang berkesempatan untuk melaksanakan. Dengan mereplikasi acara adat minangkabau di sekolah, berarti siswa sudah memasuki level ekspresi dan terlibat. Dan contoh contoh tersebut adalah kegiatan dan program yang telah dijalankan di SMA 2 SUMBAR. Karena itulah, SMA 2 SUMBAR menjadi piloting sekolah berbasis budaya dimulai dari generasi dua SMA 2 SUMBAR. Dan juga menjadikan SMA 2 SUMBAR sebagai pionir bagi 12 sekolah boarding di Sumatera Barat.

Sayangnya banyak sekolah yang masih belum mengimplementasikan. Pak Yas selaku fasilitator guru guru seKabupaten Solok  akan mengajarkan budaya-budaya minang. Karena dibutuhkannya strategi pengintegrasian budaya minang di sekolah,Pak Yas  banyak diundang ke sekolah sekolah. Seperti pada tahun2018, beliau di undang ke SMP Sijunjung, SMA harau Payakumbuh, dan beberapa sekolah lain di Sumatera Barat sebagai narasumber.

Di samping kurikulum mulok keminangkabauan, terdapat kerisauan-kerisauan pribadi Pak Yas terhadap anak muda sekarang. Menurut Pak Yas, sekolah memang mejadi salah satunya upaya melestarikan budaya yang tidak boleh lepas tangan. Sekolah  harusnya merangkul dan memberi fasilitas. Remaja akan kenal keminangkabauan melalui sekolah. Sehingga sekolahlah jadi pelopor rasa kecintaan pada budaya tersebut. Budaya itu akan rusak jika sekolahpun tak mengurusinya. Seperti pada saat sekarang pada era global, yang menjadikan permainan game adiktif bagi remaja. Permainan anak nagari janganlah terlupakan. Pak Yas juga optimis dengan menyebutkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Misalkan Silat dan rendang yang telah banyak dikenal orang luar. Budaya kita telah mendunia, dan bisa lebih dilestarikan. Contoh lainnya adalah Tabuik yang dihadiri ratusan ribu orang. Visi Pak Yas yakni bagaimana budaya minang itu dicintai dan diapresiasi serta diminati bahkan hingga kancah internasional.

Dalam keseharian Pak Yas di lingkungan masyarakat, beliau menggagas praktek pidato adat di mushola al-ikhlas dekat rumah, jadi narasumber tempat  bertanya, diundang ceramah-ceramah adat dengat tema seperti sumbang 12, koto nan ampek, fasilitator keminagkabauan. Dan beliau mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat baik dari yang muda maupun tua hingga saling bertukar cerita sambil duduk santai di teras mushola. Keingintahuan, tentang minangkabau, sako jo pusako jadi tema yang dibahas sehari hari.

Bagi Pak Yas, apa yang tertulis barulah awal perjuangan yang sebenarnya. Tantangan yang sesungguhnya baru saja menanti. Jika dipersentasekan, semuanya baru 20%. Perjuangan dan perjalanan terhormat beliau masih jauh. Takkanlah puas batin beliau jika harapan dan keinginan belum sampai. Namun, Pak Yas begitu apresiasi dengan yang telah berhasil, yang kemudian beliau akan melanjutkan dengan harapan arapan baru. Kata Pak Yas “Bapak bangga dengan P5, kolaborasi adat dan agama.  ingin lebih  jauh lagi pelestariannya ke dunia maya, di ekspos seperti podcast, meng-ekspresikan budaya minang di internet. Jangan sampai hilang dan berobah sejalan zaman. Bagi bapak sendiri, bapak lebih dikenali melalui tulisan, buku buku, dan diingat. Terselip nama yang mempopulerkan sumbang 12. Tambahan kerja dengan diundang di mana mana.” Terbayarkan tenaga, terlunaskan pikiran. Bapak juga pernah bilang bahwa bapak ingin nama bapak diingat dan dikenang oleh orang. Menjadi sejarah yang walau seiring waktu akan raib, namun tak apa. Sejarah tetaplah sejarah.

Mengapa Pak Yas melakukan semua ini? Setelah kujejaki kisah hidup beliau melalui kisah luar biasa yang beliau kenang dan sampaikan kembali, aku menemukan alasannya. Alasan mengapa segala hal yang beliau lakukan, dari bidang mana saja kehidupannya. Entah itu sastra, seni, musik, guru, pemuka adat, fasilitator, pejuang pemerataan mulok, dan segala hal yang entah kau sadar pun tidak, semuanya berkaitan dengan budaya minangkabau. Yang artinya, tak lepas budaya minangkabau dari karya karya beliau, dari langkah langkah beliau. Apa kau tahu apa alasan dari pertanyaanku di awal paragraph tadi? Itulah cinta. Cinta yang amat dalam dan tulus kepada negeri. Ibarat kekasih yang setia menjaga dan melindungi. Budaya minangkabau telah menjadi bagian hidup beliau. Tak ingin budaya itu hilang pun tenggelam. Jadilah dengan kesungguhan dan keyakinan pada perubahan, beliau ingin ranah dan budaya Minang menjadi kebanggaan yang tak ternilai bagi anak keturunan, pemuda pemudi dan masyarakat.

Tak seorang diri, beliau berdiri gagah dengan prinsip. Dengan motto hidup yang menjadi pelecut kegigihan tak terbatas. Pulangkan pinang ka tampuaknyo, pulangkan siriah ka gagangnyo. Obsesi akan misi itulah yang membuat Pak Yasri tak merasa lelah pun penat menjadi bagian dari pelestarian budaya. Tak mengeluh dengan tantangan dan rintangan yang hamparkan.

Kata beliau “Jika bukan kita siapa lagi yang akan melestarikannya?” Menilik fenomena pemuda pemudi yang sudah menyimpang dari ajaran adat, terpengaruh era global negative, dan tak lagi kenal serta peduli pada budaya sendiri. Itulah misi yang beliau genggam erat, mengembalikan anak muda minang ke budaya asalnya, ke yang seharusnya.

Kita sebagai anak muda hendaklah lekas kembali. Hendaklah kita berpulang pada ajaran, nilai-nilai falsafah kebajikan, adat dan karakter yang seharusnya setiap kita miliki. Kita adalah aset budaya, investasi masa depan yang seharusnya juga memiliki kecintaan serupa Pak Yas pada tanah air. Pada tanah lahir. Hingga, kemana dan dimanapun kaki berpijak budaya minangkabau juga akan terus berdiri kokoh di masing-masing jiwa. Berbangga hati dan mendalami budaya minang adalah hal yang mesti kita lakukan. Karena, jika bukan kita siapa lagi?