Sabtu 27 Jan 2024 15:30 WIB
Red: Nazwa Reichi Nandita
sman2sumbar.sch.id–Solok. Detasemen Khusus 88 Anti Teror Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang dikenal dengan Densus 88 AT Mabes Polri adalah satuan khusus kontraterorisme milik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Satuan khusus ini diprioritaskan untuk menghancurkan setiap tindak pidana terorisme di Republik Indonesia. Mereka dilatih untuk menangani semua jenis aksi terorisme yang ada di wilayah Indonesia.
Bertempat di Masjid Ghazal Al-Afthar, Densus 88 mengadakan sosialisasi Anti Radikalisme di SMA N 2 Sumatera Barat Senin, 15 Januari 2024 lalu. Sosialisasi ini dilaksanakan dalam rangka Solok Muda Goes To Schools. Adapun kegiayan ini bertujuan untuk mencegah sejak dini paham Radikalisme dan sikap Intoleran terhadap pelajar Solok Raya.
Dalam sosialisasi ini mendatangkan narasumber dari perwakilan Kadensus 88 AT Mabes Polri, Kepala Kemenag Kabupaten Solok Zulkifli, dan juga HPO Solok Muda Ahmad Fajar Mubarok. Sedangkan kegiatan ini dibuka oleh Kepala SMA N 2 Sumatera Barat yang diwakili oleh Margiani Trisusilawati yang menjabat sebagai waka kesiswaan.
Dalam kegiatan ini, HPO Solok Muda Ahmad Fajar Mubarok menghimbau para pelajar untuk bangkit dan mampu bertanggung jawab untuk persoalan persoalan NKRI. Beliau menyatakan “Hari ini, dari SMA N 2 Sumatera Barat kita satukan persepsi bahwa, Sumatera Barat memiliki generasi muda yang mau mengambil tanggung jawab dalam membantu memberikan solusi persoalan bangsa, dan kami berfikir SMAN 2 Sumatera Barat akan menjadi garda terdepan.” ujarnya.
Seluruh siswa SMA N 2 Sumatera Barat. mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Banyak ilmu yang diperoleh. Arahan yang disampaikan oleh narasumber, mampu mengarahkan peserta didik yang masih labil dalam berpikir. Tidak hanya tentang radikalisme, narasumber juga mengikat tentang pemilu 2024. Setelah sosialisasi, maka kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi. Dan dipenghujung acara dilakukan penganugerahan Duta Pelopor NKRI dan penandatanganan petisi bersama komitmen anti radikalisme dan intoleransi.
KOMENTAR