ALIVE
Part. II
Karya Roja Nabila Putri
“Tetaplah hidup”
Perkataan terakhir ayah saat itu benar-benar teka teki. Sederhananya ia akan terus hidup sampai yang maha kuasa sudah merindukannya lagi. Apa ia harus menentang takdir untuk terus hidup sesuai permintaan ayah? Tapi itu pemikiran dangkalku saat umur mencapai 13 tahun. Sudah sangat lama sekali, sampai pada akhirnya saat aku mendengar pembicaraan paman dengan bibi, aku akhirnya paham.
Sejatinya ayah dan ibu sudah tak ada. Namun, aku tetap ingin memastikan, Aku memberanikan diri bertanya pada paman tentang dimana ayah dan ibu saat itu. Wajah paman tampak ragu, namun setelahnya ia mengambil napas dan mulai memegang pundakku lalu bercerita dengan seksama. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut paman yang takku dengarkan. Semua terasa jelas, sesuai dengan apa yang ia dengar, ini benar-benar menyakitkan untukku.
Faktanya ayah dan ibu dibunuh demi kepentingan kelompok bawah tanah yang menginginkan penemuan baru ayah. Ayah seorang professor dan aku baru tahu hal itu beberapa tahun setelah mereka tiada. Tak ada yang rumit sama sekali setelah kejadian naas tersebut, dalam kantong hitam yang diberikan ibuku terakhir kali, mereka berdua berpesan agar aku tak mengikuti jejak mereka. Terlalu berbahaya, katanya. Aku paham dan aku tak akan mempertaruhkan nyawaku dengan senang hati seperti yang dilakukan ayah.
Ayah dan ibu tak meninggalkanku dengan tangan kosong. Dalam kantong hitam yang mereka selipkan di kantongku terakhir kali, mereka meninggalkan gulungan uang merah dan nomor rekening ayah yang saldonya triliunan. Bermodalkan apa yang diberikan ayah dan ibu, aku mengembangkan bisnis kuliner. Sebetulnya mudah saja bagiku membangun usaha bergengsi dengan modal yang besar dengan otakku yang di atas rata-rata. Tapi aku mengurungkan hal tersebut dan lebih memilih bidang yang sesuai dengan kemauan diriku. Semua yang ku pilih sudah lebih dari cukup.
Orang-orang akan mengataiku bodoh jika mengetahui semangatku yang hanya sebesar biji jagung ini, begitu banyak peluang, mengapa aku tak memanfaatkannya? Alasan simple dan cheesy, saat ini ada keluarga kecil berharga yang perluku jaga dan bahagiakan dan tentu permintaan terakhir ayah dan ibu. Cukup ia saja yang merasakan jauh dari orang tua dan terus kesepian. Saat ini, ia punya tuan putri dan ratu yang harus aku bahagiakan dengan terus di sisi mereka.
Well, ayah. Aku akan terus hidup.
KOMENTAR